Hubungan Arab Saudi dengan Iran
Iran dan Arab Saudi tak memiliki hubungan diplomatik. Hubungan bilateral antara Republik Islam Iran dan Kerajaan Arab Saudi terpecah atas masalah-masalah geo-politik berbeda seperti tafsiran Islam, aspirasi kepemimpinan dunia Islam, kebijakan ekspor minyak dan hubungan dengan Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya. Meskipun Arab Saudi dan Iran sama-sama negara mayoritas Muslim dan mengikuti dan memerintah melalui naskah Islam, hubungan mereka diwarnai dengan pertikaian, ketegangan dan konfrontasi, karena perbedaan dalam agenda-agenda politik yang makin diperkeruh dengan perbedaan kepercayaan mereka. Arab Saudi adalah kerajaan Islam Sunni konservatif sayap kanan dengan tradisi yang sangat dekat dengan Amerika Serikat, Britania Raya dan Prancis. Iran adalah sebuah Republik Islam Syiah Dua Belas Imam yang didirikan dalam sebuah revolusi anti-Barat yang berhubungan dekat dengan Rusia dan Tiongkok. Baik Arab Saudi maupun Iran dipandang memiliki aspirasi untuk kepemimpinan Islam, dan memiliki visi stabilitas dan tatanan regional yang berbeda. Kedua negara tersebut merupakan eksportir minyak dan gas besar dan telah bertikai atas kebijakan energi. Arab Saudi, dengan sumber daya minyaknya yang besar dan populasinya yang kecil, memiliki kepentingan jangka panjang dari pasar minyak global dan harga minyak yang sedang. Sebaliknya, Iran terpaksa memberikan harga minyak yang tinggi dalam jangka pendek akibat standar hidupnya yang rendah yang dipicu oleh sanksi-sanksi ekonomi yang diberlakukan setelah perang sepanjang satu satu dasawarsa dengan Irak pada masa Saddam Hussein.[1] Saat Perang Saudara Suriah, Iran mendukung rezim Bashir Al-Asad secara militer dan memberi bantuan senilai miliaran dolar, sementara Saudi mendukung kelompok pemberontak. Kedua negara tersebut saling menuduh pihak lainnya mendukung terorisme.[2][3] Setelah misi-misi diplomatik Saudi di Tehran dan Mashhad diserang oleh para demonstran Iran, Arab Saudi memutus hubungan diplomatik dengan Iran pada 4 Januari 2016.[4] Pada 14 Februari 2016, pemerintah Swiss mengumumkan bahwa mereka akan mewakili kepentingan Saudi di Iran dan kepentingan Iran di Arab Saudi. Swiss sebelumnya telah menjadi perwakilan Mesir dan Amerika Serikat di Iran semenjak hubungan diplomatik kedua negara tersebut dengan Iran memburuk sesudah meletusnya Revolusi Iran pada tahun 1979.[5] Iran dan Arab Saudi sepakat untuk membangun kembali hubungan diplomatik pada Maret 2023 setelah diskusi yang dijembatani oleh China.[6][7] Pemulihan hubungan ini terjadi setelah hubungan kedua negara memburuk selama beberapa tahun setelah eksekusi Nimr al-Nimr, seorang ulama Syiah, dan serangan tahun 2016 terhadap kedutaan Saudi di Teheran, Iran. Referensi
|