Geologi rekayasa

Geologi rekayasa atau geologi teknik adalah salah satu cabang geologi yang berkaitan dengan geologi terapan.[1] Pekerjaan yang berkaitan dengan pemetaan geologi teknik dilakukan dengan mekanisme pengindraan jauh.[2] Penerapan geologi teknik ialah pada pekerjaan konstruksi teknik yang berkaitan dengan pengembangan wilayah, permukiman, sarana dan prasarana umum, serta penanggulangan bencana.[3] Pelaporan hasil penyelidikan pada geologi teknik terbagi menjadi dua yaitu pelaporan geoteknikal dan pelaporan geoteknikal faktual.[4]

Pemetaan

Pemetaan geologi pada geologi rekayasa menggunakan peralatan utama yang meliputi peta topografi, kompas geologi, palu geologi (batuan sedimen dan batuan beku), teropong, larutan asam klorida, altimeter, Sistem Pemosisi Global dan kamera. Proses pemetaannya diawali dengan pengadaan peta topografi yang kemudian dianalisis untuk memperoleh rencana kerja bagi unit pemetaan. Setelah itu diadakan kunjungan ke lokasi yang akan dipetakan untuk pengamatan. Setelah peralatan disiapkan, dilakukan pemetaan yang terperinci. Hasil pemetaan kemudian diperiksa kembali untuk mengadakan deduksi analisis laboratorium. Setelah hasil deduksi diterima, maka pemetaan geologi diberi finalisasi akhir.[5]

Pemetaan geologi rekayasa memiliki perbedaan dengan pemetaan geologi pada umumnya. Hasil pemetaan geologirekayasa hanya digunakan pada penerapan rekayasa teknik sipil, bencana geologi dan geologi lingkungan. Pada penerapan teknik sipil, penyebaran litologi pada peta geologi rekayasa diberi batasan yang jelas terhadap batuan dan kelapukannya.[5] Pemetaan geologi rekayasa juga menggunakan standar tertentu. Standar yang digunakan untuk klasifikasi massa batuan yaitu Biro Reklamasi Amerika Serikat atau Asosiasi Jalan Raya Negara Bagian Amerika Serikat dan Pejabat Transportasi. Sedangkan untuk klasifikasi batuan menggunakan sistem klasifikasi peringkat massa batuan, indeks kekuatan geologi, atau standar Institut Geoteknikal Norwegia. Pemetaan geologi rekayasa juga mengutamakan sistem kekar vertikal. Sedangkan pada penerapan teknik sipil, pemetaan geologi rekayasa memerlukan beberapa informasi seperti mata air dan muka air tanah, potensi longsor dan banjir, mitigasi bencana rayapan tanah serta sumber erosi dan pelapukan tanah.[6]

Standardisasi terhadap simbol-simbol peta geologi teknik diajukan pada tahun 1980 oleh Divisi Geologi Teknik dari organisi Masyarakat Geologi Amerika dan Asosiasi Internasional untuk Teknik Geologi. Penetapan simbol-simbol ini kemudian merupakan hasil gabungan dari pengembangan teknik pemetaan geomorfologi dan simbol dari unit-unit peta geologi teknik yang umum. Kelompok rekayasawan dari Masyarakat Geologi London kemudian juga menetapkan pemasukan data geomorfologi ke dalam peta geologi teknik untuk mengadakan pekerjaan-pekerjaan geologi teknik.[7]

Perlengkapan pendukung

Peta geologi

Peta geologi yang digunakan pada geologi rekayasa adalah peta geologi tematik.[8] Pembuatan peta geologi tematik dilakukan dengan mengadakan survei geologi. Hasil survei digunakan sebagai acuan pembuatan peta sekaligus sebagai basis data bagi peta geologi rekayasa. Kepentingan yang ada pada peta geologi berkaitan dengan hubungan antara objek-obejk geologi dengan konsep 3 dimensi.[9] Peta geologi rekayasa yang dihasilkan menampilkan data-data geologi.[10] Fungsi dari peta geologi tematik adalah sebagai peta rekomendasi penggunaan lahan bagi peta geologi rekayasa.[11]

Peta geologi rekayasa oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa dibagi menjadi tiga jenis, yaitu peta rekayasa, peta litologi dan peta formasi rekayasa. Masing-masing jenis peta ini memiliki skala tertentu. Peta rekayasa memiliki skala 1:5.000 dan memberikan informasi yang sangat terperinci. Informasi yang dimuat meliputi sifat fisika dan sifat mekanika dari bencana geologi. Peta litologi memiliki skala 1:5.000 hingga 1:10.000. Informasi yang dimilikinya meliputi informasi geologi yang berkaitan dengan uji geofisika pengeboran, pengambilan sampel dan uji laboratorium. Sedangkan peta formasi rekayasa dibuat dengan skala antara 1:10.000 hingga 1:20.000. Peta formasi rekayasa memuat informasi mengenai hasil analisis formasi batuan melalui petrografi, geofisika maupun pengeboran.[12]

Pengembangan keilmuan

Geologi rekayasa merupakan salah satu disiplin ilmiah yang mengembangkan disiplin ilmiah lainnya, yaitu geologi lingkungan. Pembentukan geologi lingkungan merupakan hasil interaksi keilmuan antara geologi rakayasa, geomorfologi terapan dan geologi ekonomi.[13] Ketiga keilmuan ini kemudian memunculkan tiga kecenderungan kajian penataan lingkungan yaitu pembangunan berkelanjutan, pertentangan proses geologi pada alam, dan pergeseran dari keterlibatan manusia terhadap penataan lingkungan dari reaktif menjadi proaktif.[14]

Pemanfaatan

Geologi militer

Peta geologi rekayasa dimanfaatkan dalam geologi militer sebagai pelengkap informasi kewilayahan pada peta dasar topografi. Informasi yang ditampilkannya meliputi potensi dan kendala dari suatu lahan atau wilayah. Peta geologi rekayasa pertama kali dibuat oleh para ahli geologi militer yang bekerja di Prancis selama Perang Dunia I. Informasi yang ada di dalamnya meliuti karakteristik fisik dari material permukaan tanah yang membentang hingga ke teritorial musuh. Kegunaan dari informasi tersebut adalah untuk pembuatan kubu pertahanan.[15]

Bangunan

Pada bangunan terdapat beberapa permasalahan geologi teknik yang diperhitungkan. Permasalahan ini diawali dari perhitungan kekuatan dari daya dukung pondasi. Kemudian permasalahan pendirian bangunan di sekitar sesar atau patahan. Selain itu, terdapat permasalahan mengenai kekuatan pondasi terhadap erosi dan kemampuan kedap air. Ada pula permasalahan mengenai kestabilan sisi sampin dari lereng dan ketersediaan bahan bangunan.[16]

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ Memed, dkk. 2019, hlm. 2.
  2. ^ Mulyaningsih 2018, hlm. 18.
  3. ^ Mulyaningsih 2018, hlm. 249.
  4. ^ Kurniawan, P., dan Hadimuljono, B. (2020). Risky, Giovanny, ed. Applied Geotechnics for Engineer. Yogyakarta: ANDI. hlm. 303. ISBN 978-623-01-1037-5. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-31. Diakses tanggal 2022-02-18. 
  5. ^ a b Kurniawan dan Hadimuljono 2020, hlm. 68.
  6. ^ Kurniawan dan Hadimuljono 2020, hlm. 69.
  7. ^ Mulyaningsih 2018, hlm. 25.
  8. ^ Noor 2012, hlm. 316.
  9. ^ Noor 2012, hlm. 328.
  10. ^ Noor 2012, hlm. 330.
  11. ^ Memed, dkk. 2019, hlm. 7.
  12. ^ Zakaria 2005, hlm. 107-108.
  13. ^ Memed, dkk. 2019, hlm. 3-4.
  14. ^ Memed, dkk. 2019, hlm. 4.
  15. ^ Zakaria 2005, hlm. 105.
  16. ^ Wirosoedarmo, Ruslan (2019). Teknik Irigasi Permukaan. Malang: UB Press. hlm. 107. ISBN 978-602-432-735-4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-31. Diakses tanggal 2022-02-18. 

Daftar pustaka