Untuk pertama kalinya Indonesia menjadi tuan rumah ajang olahraga ini. Indonesia adalah anggota organisasi FESPIC keempat yang menjadi tuan rumah FESPIC Games setelah Jepang, Australia dan Hong Kong. Sekitar 834 atlet dari 19 negara berkompetisi dalam ajang ini yang menampilkan 13 cabang olahraga. FESPIC Games 1986 secara resmi dibuka oleh Presiden Republik Indonesia, Soeharto di Stadion Sriwedari.
Australia memimpin perolehan medali dengan 104 emas, 44 perak dan 28 perunggu. Sementara tuan rumah Indonesia berada di posisi kedua dengan 75 emas, 104 perak dan 83 perunggu. Beberapa permainan dan rekor nasional terpecahkan selama pertandingan seperti dalam nomor lempar cakram, di mana atlet Indonesia Senny Marbun berhasil memecahkan rekor FESPIC Games dengan lemparan sejauh 24.45 meter. FESPIC Games tersebut secara umum dianggap sukses dengan meningkatnya standar kompetisi olahraga penyandang cacat di antara negara-negara Asia Pasifik.[2]
Pemilihan tuan rumah
Setelah FESPIC Games III yang diselenggarakan di Hong Kong tahun 1982, Indonesia mendapatkan kesempatan untuk menyelenggarakan FESPIC Games. Sebelumnya Indonesia urung menjadi tuan rumah pada FESPIC Games III dikarenakan bersamaan dengan penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional 1981 yang saat itu digelar di Jakarta, sehingga dikhawatirkan akan memerlukan dana yang sangat besar untuk menyelenggarakan kedua acara tersebut. Ketua Yayasan Pembina Olahraga Cacat (YPOC), P. Manurung menjelaskan bahwa sebenarnya kesempatan Indonesia sebagai penyelenggara acara ini besar. Namun, sekali lagi karena berbenturan dengan anggaran dan bersamaan dengan agenda lain, maka Indonesia membatalkan kesempatan tersebut, dan mengumumkan minatnya untuk menjadi tuan rumah di penyelenggaraan tahun berikutnya.[3]
Pemilihan Solo sebagai kota tuan rumah FESPIC Games 1986, dan bukan di ibu kota Jakarta, dikarenakan Solo merupakan kota bersejarah bagi gerakan rehabilitasi dan cacat di Indonesia. Artinya, banyak gerakan-gerakan rehabilitasi untuk kaum difabel di kota ini. Selain itu, Kota Solo yang juga dikenal dengan penyelenggaraan PON pertama Indonesia pada 1948 menjadi alasan kuat dalam menyelenggarakan acara ini.[4]
Pengembangan dan persiapan
Untuk mendukung penyelenggaraan FESPIC Games 1986, sejumlah arena olahraga di Solo disulap dan dibenahi sesuai standar internasional. Presiden Soeharto menyetujui alokasi dana penyelenggaraan sebesar Rp 500 juta untuk persiapan pelaksanaan acara ini. Perbaikan dilakukan di beberapa titik, terutama akses menuju tempat-tempat olahraga. Stadion Sriwedari dipugar dengan pembuatan tribun untuk penonton. Stadion olahraga pertama Indonesia itu akan dilengkapi dengan 400 lampu dan bisa menampung 12.000 orang untuk mendukung perhelatan acara tersebut.[5] Pemugaran stadion dilakukan di berbagai sisi bangunan. Salah satunya ada pada bagian tembok utara stadion yang hampir roboh, dan pembuatan tribun untuk mengganti bagian penonton yang berdiri. Tribun VIP stadion bahkan menyediakan tempat khusus bagi 45 orang penyandang disabilitas. Selain itu, sebanyak 75 orang bisa ditampung di tribun VIP tertutup dan 220 orang di tribun terbuka. Toilet stadion pada masa itu dibangun seluas 46 meter, khusus untuk penyandang disabilitas.[6]
Gelanggang Olahraga (GOR) Manahan juga dipugar untuk menunjang pertandingan bola basket dan Kolam Tirtomoyo juga direnovasi untuk menyelenggarakan olahraga akuatik. Gedung Gelanggang Olahraga Manahan diperbaiki dengan mengubah bentuk atapnya sehingga bisa menunjang perhelatan internasional itu. Arenanya dipugar untuk lapisan arena basket dan bulu tangkis. Sudut-sudut kota terpasang baliho dan poster besar sebagai wahana untuk sosialisasi masyarakat Solo dan Jawa Tengah.[7]
Arena dan infrastruktur
Untuk pertandingan, beberapa tempat dibangun, direnovasi, dan disiapkan di Kota Solo dan sekitarnya. Sebagian besar arena FESPIC Games 1986 merupakan arena yang sudah ada, termasuk Stadion Sriwedari yang telah digunakan sebagai lokasi pertandingan pada Pekan Olahraga Nasional I tahun 1948.[3]
Anggar, angkat beban, catur, tenis meja, bola gawang
Pertandingan
Upacara pembukaan dan penutupan
Upacara pembukaan FESPIC Games 1986 berlangsung pada hari Minggu, 31 Agustus 1986 di Stadion Sriwedari, Solo, Jawa Tengah, Indonesia. Selain dihadiri oleh Presiden Soeharto dan Ibu Negara, acara ini turut dihadiri oleh tokoh-tokoh olahraga dan pemerintahan seperti Menteri Sekretaris NegaraSoedharmono, Menteri Pemuda dan Olahraga Abdul Gafur dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Pembukaan diawali dengan defile kontingen, bersama dengan penampilan dari Akademi Militer Magelang yang menjadi hiburan dari serangkaian acara ini. Sekitar 650 atlet dari 21 negara tampil dalam pergelaran itu, kemudian berjalan ke dalam Stadion Sriwedari. Lambaian tangan dari atlet difabel yang berjalan masuk menggunakan kursi roda dan alat bantu ditambah tepuk tangan penonton menambah meriahnya acara pembukaan itu. Dalam upacara pembukaan ini, juga dimeriahkan oleh penampilan senam aerobik dari ratusan pelajar Surakarta dan pertandingan sepak bola roda satu (stick ball) dari SD Negeri Mijen 01 (sekarang SD Negeri Ngadirgo 01), Semarang. Lebih dari 3.100 pelajar SMP menyuguhkan atraksi konfigurasi. Presiden Soeharto kemudian membunyikan sirene sebagai tanda dibukanya serangkaian acara ini. Tombol sirene dibunyikan pukul 09.45 WIB. Selang beberapa saat, ratusan balon dan merpati diterbangkan ke udara mengiringi suara sirene tersebut. Sanneng Hanafi, atlet perwakilan Indonesia menyalakan api kaldron dengan iringan tepuk tangan 11.000 penonton yang hadir dalam pembukaan itu.[8]
Sementara itu, upacara penutupan FESPIC Games 1986 diadakan pada hari Minggu, 7 September 1986 di Stadion Sriwedari. Penutupan FESPIC Games tersebut diwarnai dengan turunnya hujan di Kota Solo sejak pukul 17.00 WIB. Akibatnya, semua persiapan untuk acara tersendat. Barisan atlet difabel bubar karena bergerak mencari tempat untuk meneduh. Meskipun tersendat karena hujan deras, penutupan tetap dilakukan. Konfigurasi pelajar akhirnya dilanjutkan dengan tampilan drumband dari SMP Negeri 3 dan SMP Negeri 5 Surakarta. Sekitar 500 pelajar SD masuk ke Stadion Sriwedari Solo dan menunjukan tari Wanara dan disusul defile dari peserta. Peserta yang tadinya berteduh kembali memasuki arena. Dengan pakaian basah kuyup, mereka membuka bajunya dan berteriak serta melambaikan tangan sebagai reaksi kebahagiaan dari peristiwa tersebut. Menteri Pemuda dan Olahraga Republik IndonesiaAbdul Gafur diamanahi oleh pemerintah untuk menutup FESPIC Games tahun ini. Bendera FESPIC Games akhirnya diturunkan tepat pukul 18.00 WIB sebagai pertanda ditutupnya pesta olahraga tersebut.[9]