Ia adalah satu-satunya gubernur jenderal Hindia Belanda yang dimakamkan di kompleks pemakaman di dalam Kebun Raya Bogor. Di masa kekuasaannya, para pegawai pemerintahan dipersyaratkan menguasai bahasa Melayu. Ia juga berhasil menuntaskan Perang Padri (tuntas pada tahun 1838 dengan takluknya Tuanku Tambusai) yang berlarut-larut dengan mendatangkan banyak pasukan dari berbagai penjuru Hindia-Belanda, bahkan dari Afrika dan India (sepoy). Cultuurstelsel, yang diawali pada masa Gubernur-Jenderal van den Bosch, juga mulai menampakkan sisi negatif di masanya, karena terjadi pemiskinan petani (di Jawa) yang sawah-sawahnya dipaksa kontrak menjadi lahan tanam tebu.