Dinas Informasi Pemerintah Hindia Belanda (NIGIS) adaalah sebuah dinas rahasia sipil dan organisasi propaganda yang berpusat di Australia, selama dan setelah Perang Dunia II.[1]
NIGIS mengoperasikan layanan radio berbahasa Inggris untuk memantau laporan radio dari Hindia Belanda selama pendudukan Jepang, dan untuk menyiarkan "pesan harapan" kepada para penduduk koloni yang hidup di bawah kekuasaan Jepang.[5]
Dari tahun 1942 hingga 1945, NIGIS menerbitkan sebuah surat kabar berbahasa Indonesia bernama Penjoeloeh (berarti "Obor"). Surat kabar ini diterbitkan, ditulis, dan diterjemahkan oleh para mantan interniran Indonesia di kamp penjara Boven Digoel.[6] Dinas tersebut juga menerbitkan sebuah jurnal berbahasa Belanda yang bernama Oranje.[2]
Dinas tersebut juga mempekerjakan koresponden khusus untuk menulis artikel untuk pers, yang banyak di antaranya diterbitkan secara harfiah di surat kabar Australia. Koresponden seperti Wolfe Preger untuk The Cairns Post menulis kisah tentang keberanian Belanda[7] dan kekejian Jepang,[8] serta menjaga agar pembaca Australia mengetahui kejadian di Eropa, seperti aksi sabotase Gerakan bawah tanah Belanda melawan pendudukan Nazi.[9]
NIGIS mengoperasikan sebuah unit kerja film dan fotografi. Unit kerja ini dikaitkan dengan perusahaan produksi Australia Southern Seas Productions yang dipimpin oleh Fred Daniell dan putranya, kamerawan John Daniell. Southern Seas memproduksi beberapa pesanan untuk NIGIS, termasuk film Indonesian Harmony.[10]
Setelah berakhirnya perang dan menyerahnya Jepang, NIGIS mengalihkan perhatiannya untuk memaksakan kedaulatan Belanda atas Indonesia merdeka yang baru diproklamasikan selama Revolusi Nasional Indonesia. NIGIS dan instansi mitranya mengklaim bahwa Belanda mendukung kemerdekaan Indonesia, namun mengangkat tema tersebut di Australia bahwa Republik Indonesia adalah sebuah "Quisling pemerintahan yang disponsori Jepang".[12]
Ketika serikat pekerja maritim Australia memblokade armada pelayaran Belanda di Australia dalam apa yang disebutnya "Armada Hitam", NIGIS memproduksi dan membagikan pamflet yang mengklaim bahwa pasokan ke Indonesia bersifat kemanusiaan, dan bukan peralatan dan personel militer yang dimaksudkan untuk menekan gerakan kemerdekaan.[12]
^ abPoeze, Harry (October 2012). "From Foe to Partner to Foe Again: The Strange Alliance of the Dutch Authorities and Digoel Exiles in Australia, 1943–1945". Indonesia (94): 57–84. doi:10.5728/indonesia.94.0057. JSTOR10.5728/indonesia.94.0057.