Dampak pandemi koronavirus terhadap kegiatan keagamaan
Artikel ini mendokumentasikan suatu wabah penyakit terkini. Informasi mengenai hal itu dapat berubah dengan cepat jika informasi lebih lanjut tersedia; laporan berita dan sumber-sumber primer lainnya mungkin tidak bisa diandalkan. Pembaruan terakhir untuk artikel ini mungkin tidak mencerminkan informasi terkini mengenai wabah penyakit ini untuk semua bidang.
Pandemi koronavirus 2019–2020 telah mempengaruhi penyelenggaraan berbagai kegiatan keagamaan di seluruh dunia. Pengaruh dari pandemi terhadap keagamaan termasuk pembatalan kegiatan peribadatan, pembatalan dan pelarangan kunjungan peribadatan dan perayaan hari besar keagamaan.[1] Para pemuka agama juga memodifikasi serta mengadaptasi beberapa praktek peribadatan yang lazim dilaksanakan sebagai tindakan pencegahan meluasnya pandemi koronavirus 2019–2020.[2] Langkah pencegahan juga dilakukan dengan penutupan sementara rumah ibadah berbagai agama termasuk gereja, masjid, sinagoge dan sangha, kuil dan gurdwara.[1]
Dampak
Islam
Pada tanggal 27 Februari Kerajaan Arab Saudi melakukan pembatasan sementara kunjungan bagi jamaah umrah yang datang dari negara-negara yang dinilai memiliki risiko tinggi penyebaran virus.[3][4] Pada tanggal 4 Maret aturan pembatasan umrah berikutnya diberlakukan bagi warga negara Saudi Arabia dan para ekspatriat yang menetap di negara tersebut.[5] Aturan pembatasan diperluas dengan pelarangan kegiatan salat harian di Masjidil Haram, Mekah dan Masjid Nabawi, Madinah untuk membatasi penyebaran koronavirus.[6]
Pemimpin Islam yang mengawasi tempat-tempat suci Muslim di Yerusalem mengumumkan penutupan Masjidil Aqsa dan Kubah Shakhrah untuk para jamaah, melaksanakan salat di luar area masjid masih tetap diizinkan.
Di Iran, kementerian kesehatan Iran memerintahkan gubernur Qom (kota suci Syiah) agar "membatasi jumlah peziarah di Makam Fatimah Mahsumah dan tempat-tempat keagamaan lainnya".[7]
Untuk menghindari berkumpulnya banyak orang selama pandemi, penyelenggaraan Sholat Jumat ditiadakan.[8] Para pemimpin agama di Kuwait mengadaptasi seruan azan dengan seruan tambahan agar umat Islam melaksanakan salat dirumah dan menghindari datang ke masjid untuk salat berjamaah.[9] Himbauan yang sama juga datang dari Indonesia, pada tanggal 20 Maret Imam Besar Masjid Istiqlal mengumumkan penutupan masjid tersebut untuk pelaksanaan ibadah shalat Jumat selama dua pekan.[10]
Awal Maret, seorang pria kebangsaan Brunei dikonfirmasi terinfeksi ketika ia kembali kenegaranya dari menghadiri sebuah acara keagamaan yang diselenggarakan oleh kelompok Jamaah Tabligh di Kuala Lumpur, Malaysia pada bulan sebelumnya. Acara tersebut dihadiri oleh sekitar 16.000 orang dari berbagai negara. Satu rangkaian kegiatan serupa yakni Ijtima Ulama Dunia 2020 direncanakan akan dihadiri puluhan ribu orang yang akan diselenggarakan Gowa, Sulawesi Selatan.[11] Penyelenggara acara tersebut akhirnya bersedia untuk membatalkan seluruh rangkaian kegiatan pertemuan mereka.[12] Sementara itu, di tengah kekhawatiran dunia akan merebaknya COVID-19. Puluhan ribu orang berkumpul di Rainpur, Bangladesh, dalam sebuah acara yang dinamakan Khatme Shifa, yang bertujuan untuk pembacaan doa-doa agar negara tersebut terhindar dari pandemi.[13]
Kristen
Vatikan mengumumkan bahwa perayaan Pekan Suci di Roma dibatalkan.[1] Sebagian besar keuskupan merekomendasikan umat Kristen yang telah berusia lanjut untuk tinggal di rumah dan tidak menghadiri kegiatan Misa pada hari Minggu, sebagaimana yang lazim dilaksanakan. Beberapa gereja menyediakan layanan melalui siaran langsung atau televisi.
[1][14]
Perayaan Hari Hari Santo Patrick pada tanggal 17 Maret 2020 juga terdampak oleh pandemi COVID-19, meskipun Misa dibeberapa gereja dan beberapa parade masih tetap dilaksanakan.[15]
Hindu
Di Singapura, Festival Panguni Uthiram, yang melibatkan arak-arakan ribuan orang dan banyak prosesi, dibatalkan karena pandemi coronavirus 2019-2020.[16] Perdana menteri India menyerukan agar umat Hindu India menghindari keramaian, termasuk mengupayakan pencegahan perjalanan ratusan ribu umat Hindu pemuja Dewa Rama yang akan menghadiri perayaan ulang tahun Rama di Ayodhya, Uttar Pradesh.[17]
Buddha
Korps Budaya Buddha Korea mengumumkan penundaan program berkunjung ke biara, program ini memungkinkan peserta untuk mengalami kehidupan dalam biara di seratus tiga puluh kuil di Korea Selatan.[18] Di Hong Kong, kuil Buddha Fook Wai Ching She ditutup setelah pihak berwenang menduga telah terdapat beberapa kasus infeksi COVID-19 yang terkait dengan kuil tersebut.[18]