Dampak dari perubahan iklim terhadap kesehatan mental
Dampak dari perubahan iklim dapat berakibat buruk kepada diri maupun kesehatan mental manusia, terutama pada kelompok individu yang rentan terhadap perubahan tersebut dan pada mereka yang sebelumnya mengalami gangguan pada kesehatan mental. Terdapat tiga cara bagaimana dampak ini bisa terjadi, yaitu: dampak yang terjadi secara langsung, dampak yang terjadi secara tidak langsung, dan dampak yang terjadi dengan kewaspadaan. Dampak secara langsung meliputi kondisi stress yang diakibatkan oleh post traumatic stres disorder (PTSD). Penelitian ilmiah telah menghubungkan antara kesehatan mental dengan beberapa dampak paparan iklim seperti contohnya panas, tingkat kelembapan, curah hujan, kebakaran dan banjir yang diakibatkan oleh curah hujan yang tinggi.
Beberapa dari kesehatan mental telah diukur melalui beberapa studi dengan menggunakan beberapa indikator seperti penerimaan pasien rumah sakit jiwa, tingkat kematian, tingkat penyakitan diri sendiri dan tingkat/jumlah bunuh diri yang terjadi. Masyarakat yang rentan terdiri dari mereka yang memiliki penyakit mental yang telah ada sebelumnya,
Tanggapan emosional terhadap ancaman perubahan iklim dapat meliputi kecemasan akan lingkungan, kesedihan yang berhubungan dengan ekologis, dan kemarahan akan lingkungan. Meskipun tidak menyenangkan, emosi seperti itu seringkali tidak berbahaya, dan dapat menjadi respons rasional terhadap degradasi terhadap dunia, yang pada akhirnya memotivasi tindakan yang bersifat adaptif.[1]
Mengevaluasi dampak dari perubahan iklim kepada kesehatan mental itu cukup sulit; meningkatnya suhu panas secara ekstrim dapat menimbulkan dampak kepada kesehatan mental yang berbentuk meningkatnya penerimaan pasien penyakit jiwa di rumah sakit dan tingkat bunuh diri yang juga meningkat.
Jalur di Jalanan
Kesehatan mental adalah sebuah kondisi dimana sebuah kesejahteraan seorang individu dalam memahami apa yang mereka lakukan, seperti dalam kemampuan dalam menghadapi stres dalah hidup sehari-hari, produktivitas di tempat kerja dan kontribusi yang mereka berikan kepada komunitasnya. Dalam beberapa kasus, manusia dapat terpengaruh oleh beberapa cara sekaligus. Beberapa studi dengan menggunakan tatanama yang berbeda untuk menggambarkan 3 jalur dampak yaitu beberapa menerapkan jalur"kewaspadaan" dengan mengggunakan istilah "dampak yang tidak langsung", sedangkan mengelompokan "dampak tidak langsung" lewat finansial dan gangguan sosial dibawah kata "psikososial".
Dampak langsung
Dampak langsung meliputi kondisi stres yang disebabkan oleh paparan terhadap peristiwa cuaca ekstrem, seperti contohnya gelombang panas, kekeringan, banjir, dan kebakaran hutan. Kondisi ini dapat mengakibatkan trauma, seperti dislokasi bencana alam akibat perubahan iklim, seperti trauma akibat banjir atau kebakaran, trauma akibat kehilangan teman dan keluarga, atau peristiwa-peristiwa traumatis lainnya. Dampk dari peristiwa tersebut dapat menimbulkan penyakit gangguan kesehatan mental seperti gangguan stres pasca trauma dan gangguanstres akut, depresi, dan gangguan kecemasan secara umum .[2][3] Dampak ini dapat terjadi secara bersamaan, maupun sendirian.[4] Ada banyak literatur membahas mengenai hubungan antara terjadinya bencana dan hubungannya dengan terganggunya kesehatan mental (tanpa secara eksplisit menghubungkan antara terjadinya peningkatan tingkat frekuensi dan keparahan akan perubahan iklim).[5]
Dampak yang paling umum dapat berupa stres jangka pendek, dimana mayoritas orang dapat melakukan pemulihan dengan cepat. Tetapi terkadang terjadi sebuah kondisi kronis , khususnya bagi mereka yang telah terpapar berbagai peristiwa-peristiwa ekstrim, seperti stres pasca trauma, gangguan somatoform, atau kecemasan yang terjadi untuk jangka panjang. Respon yang cepat dari pihak berwenang untuk dapat memulihkan rasa ketertiban dan keamanan secara substansial dapat mengurangi risiko dampak psikologis jangka panjang bagi mayoritas orang yang terkena. Walaupun bagi beberapa individu-individu yang sebelumnya sudah memiliki masalah kesehatan mental, terutama psikosis, mungkin memerlukan perawatan yang lebih intensif, yang dapat menjadi sebuah tantangan jika pertolongan untuk pelayanan bagi kesehatan mental lokal terganggu oleh kondisi cuaca ekstrem yang terjadi.[6][7][8]
^Young, Chelsea A. (2021). "42.1 the Impacts of Climate Change on Children's Mental Health". Journal of the American Academy of Child & Adolescent Psychiatry. 60 (10): S61–S62. doi:10.1016/j.jaac.2021.07.263.