Selama Perang Dunia II, hotel ini berperan sebagai markas skadron kapal terbang Britania Raya dan kediaman sementara pejabat-pejabat transit Britania. Dengan persaingan tinggi dari The Rock Hotel, Bristol ditutup setelah Perang Dunia II. Ini merupakan satu dari beberapa hotel bernama Bristol di Eropa, yang diberi nama sesuai Frederick Hervey, Earl Bristol ke-4 yang sering melakukan perjalanan keliling Eropa.
Pada September 1899, Laksamana George Dewey, yang memimpin Angkatan Laut Amerika Serikat di Pertempuran Teluk Manila, tinggal sementara di hotel ini sebelum pulang ke Amerika Serikat pada akhir bulan itu.[4][5]The New York Times melaporkan pada tanggal 6 September 1899: "Laksamana Dewey menghabiskan sebagian besar hari-harinya di Hotel Bristol dan menerima banyak sekali kunjungan. Ia menolak semua undangan makan malam dan undangan publik karena menderita masalah pencernaan."[6]
Pada tahun 1915, Putri Salm Salm, istri seorang pangeran Jerman dan putri tertua Adipati Agung Friedrich, Adipati Teschen (komandan AD Austria-Hungaria), tinggal di hotel ini sebagai tamu Ratu Spanyol. Suaminya, Pangeran Emmanuel Salm, telah ditahan saat sedang memburu hewan liar di Afrika dan menjadi tahanan perang di Gibraltar setelah pecahnya Perang Dunia I. Putri Salm Salm meninggalkan lima anak di Austria agar bisa lebih dekat dengan suaminya.[7][8] Menurut sejumlah kesaksian, Putri Salm Salm juga dianggap tahanan Britania di Gibraltar. Pada tahun 1916, pangeran dan putri ini dibebaskan sebagai bagian dari pertukaran tahanan yang dinegosiasikan Raja Spanyol.[9][10]
Pada musim semi 1928, Laksamana Belakang Bernard Collard tinggal di Bristol selama pengadilan militer Kapten Kenneth Dewar setelah insiden terkenal yang disebut pers "The Royal Oak Mutiny".[11][12][13] Setelah pengadilan militer, Dewar minta maaf kepada Collard di ruang makan Bristol[14]
Pada bulan September 1935, sebuah kampanye perekrutan diadakan di hotel ini setlah kemungkinan perang di Afrika Timur meningkat setelah Krisis Abisinia.[15]Perang Italia-Abisinia Kedua pecah beberapa hari kemudian melalui serangan Italia ke Abisinia (sekarang Ethiopia).[16][17]
Bulan Oktober 1938, sepupu Jenderal John J. Pershing berusia 73 tahun, Dr. Edward Hamilton Pershing, dirawat di hotel ini setelah mengalami cacar saat menumpang kapal pesiar samudra Britania Strathmore.[18][19]
Selama Perang Dunia II, Bristol Hotel menjadi markas No. 200 Group dari RAF Coastal Command.[20] Pejabat militer transit juga tinggal di hotel ini selama perang,[21] termasuk mereka yang bekerja untuk SOE. Kondisi perang di hotel ini sangat kontras dengan kondisi di Britania Raya, karena tidak adanya pemadaman lampu dan steak masuk dalam menu makanan hotel.[22]
Hotel ini ditutup setelah Perang Dunia II akibat bersaing dengan The Rock Hotel yang merebut statusnya sebagai hotel utama Gibraltar pada tahun 1932. Tahun 1954, seorang pengunjung mendeskripsikan kamar mereka sebagai "tempat kosong dan muram dengan litograf Ratu Victoria bergantung di dinding dan dua tempat tidur kamp".[23] Pada awal 1960-an, air panas menjadi kelengkapan tambahan di hotel ini.[24] Pada akhir 1960-an, hotel ini memperbesar dapur dan kolam renangnya, serta memperbaiki kebunnya.[25]
Galeri
Bristol Hotel, Gibraltar
Bristol Hotel pada sore hari, 2002
Bristol Hotel, Sept. 2012
Bristol Hotel, Sept. 2012
Logo pertama Bristol Hotel
Referensi
^Simonis, Damien (1 March 2009). Spain. Lonely Planet. hlm. 766. ISBN978-1-74179-000-9. Diakses tanggal 17 July 2012.