Benteng Kota Janji adalah sebuah benteng Portugis yang terletak di Jalan Ngade, Dusun Laguna, Desa Fitu, Kecamatan Ternate Selatan, Ternate, Provinsi Maluku Utara, letaknya berada di pinggir jalan utama menuju Kota Ternate dari arah selatan. Benteng yang berdiri dengan kokoh di atas ketinggian 50 meter dari permukaan laut ini dibangun pada masa penjajahan Portugis. Benteng ini dibangun oleh Gubernur Portugis Antonio de Brito pada tahun 1522.[1]
Dinamakan Benteng Kota Janji karena menjadi saksi bisu perjanjian damai Sultan Khairun dan Gubernur Portugis. Tetapi Portugis ingkar dan mencabut nyawa sultan di Benteng Kastela. Maka dari itu, Benteng Kota Janji masih erat kaitannya dengan Benteng Kastela.
Pada tahun 2004, benteng ini pernah direhabilitasi namun hanya sekadar menyelamatkan wilayah cagar budaya dengan mempercantik daerah sekitar Benteng dengan membuat taman serta dibangun pula pagar yang mengelilingi benteng. Tetapi bentuk sesungguhnya dari benteng sudah tidak tampak lagi.[2]
Sejarah
Berdasarkan sejarahnya, benteng Kota Janji ini dibangun pada tahun 1532 oleh Portugis dan diberi nama Fort San Jão.[3] Namun karena insiden pembunuhan Sultan Khairun dari Kesultanan Ternate, Portugis diusir dari Pulau Ternate oleh Kesultanan Ternate yang saat itu dipimpin oleh Sultan Baabullah pada tahun 1575.[4][5] Benteng ini kemudian dikuasai oleh pasukan Spanyol pimpinan Gubernur Don Pedro de Acuna yang datang dari Manila pada tahun 1606 yang ingin menguasai Pulau Ternate.[6]
Pada tahun 1610, benteng ini diperkuat oleh Spanyol dengan menempatkan 27 prajuritnya dan 20 prajurit papangger (prajurit yang terdiri dari orang-orang Filipina) lengkap dengan 6 meriam beserta amunisinya. Benteng ini kemudian diberi nama Fort Santo Pedro y Paulo, untuk menghormati Gubernur Pedro. Benteng ini oleh Spanyol selain digunakan untuk mengawasi perairan antara Pulau Ternate dan Pulau Tidore, benteng ini juga memiliki peran sebagai basis militer. Jika kondisi laut sedang tenang, armada-armada Spanyol yang berlayar dari Filipina dapat berlabuh di pesisir pantai sebelah selatan dari benteng ini yang sekaligus dapat memudahkan untuk melakukan mobilisasi prajurit dan logistik mereka ke benteng ini.[7]
Benteng ini di kemudian hari dikenal dengan sebutan Benteng Kota Janji hingga sekarang. Dinamakan benteng Kota Janji karena benteng ini pernah menjadi saksi perjanjian damai antara Sultan Khairun dengan Gubernur Portugis saat itu, Diego Lopez de Muspito. Akan tetapi Portugis ingkar, dan melakukan pengkhianatan dengan cara membunuh Sultan Khairun di Benteng Kastela yang tidak begitu jauh dari benteng Kota Janji ini.
Tahun 1989, benteng ini tampak terbengkalai dan dibiarkan begitu saja. Pengambilan pasir di sekeliling benteng juga diabaikan hingga terjadi abrasi dan sebagian besar benteng tergenang air laut. Baru pada 1994, benteng ini kembali dipugar oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik indonesia sehingga kembali utuh tanpa mengurangi bentuk asli benteng.[8]