Bedah ortopedi
Bedah ortopedi atau orthopaedi (juga dieja orthopedi) ialah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang cedera akut, kronis, dan trauma serta gangguan lain sistem muskuloskeletal. Dokter bedah ortopedi menghadapi sebagian besar penyakit muskuloskeletal termasuk artritis, trauma dan kongenital menggunakan peralatan bedah dan non-bedah. PendidikanDi Indonesia, dokter bedah ortopedi adalah dokter yang telah menyelesaikan pendidikan yang diajukan dalam bedah ortopedi setelah menjadi dokter umum maupun bedah umum. Dokter ini harus menyelesaikan 104 SKS dalam 9 semester pendidikan klinik. Dokter spesialis ini diberi gelar SpOT (spesialis ortopedi dan traumatologi) atau SpBO (spesialis bedah ortopedi). Banyak dokter bedah ortopedi yang menjalani pelatihan subspesialis dalam program yang dikenal sebagai 'fellowship' (beasiswa) setelah menyelesaikan pendidikannya sebagai residen. Pelatihan fellowship dalam sebuah subspesialisasi ortopedi khususnya memakan waktu 1 (kadang-kadang 2) tahun dan biasanya memiliki komponen penelitian yang terkait dengan pelatihan klinik dan operasi. Beberapa contoh subspesialisasi ortopedi adalah:
Juga ada 9 wilayah subspesialisasi bedah ortopedi. PraktikDokter bedah ortopedi menghadapi sebagian besar penyakit muskuloskeletal ringan seperti artritis, trauma dan cacat bawaan menggunakan peralatan bedah dan non-bedah. 25 prosedur paling umum yang dilakukan oleh dokter bedah ortopedi adalah sebagai berikut:
SejarahJean-Andre Venel mendirikan lembaga ortopedi pertama pada tahun 1780, yang merupakan RS pertama yang ditujukan untuk merawat cacat rangka anak-anak. Ia dianggap beberapa orang sebagai bapak ortopedi atau dokter ortopedi pertama dalam pertimbangan pendirian RS-nya dan atas metode-metodenya yang diterbitkan. Antonius Mathysen, seorang dokter bedah militer Belanda, menemukan pembalut gips Paris pada tahun 1851. Banyak perkembangan dalam bedah ortopedi yang dihasilkan dari pengalaman selama masa perang. Di medan pertempuran pada masa Abad Pertengahan prajurit yang terluka dirawat dengan perban yang direndam dalam darah kuda yang dikeringkan unruk membuat belat yang kaku dan tak memenuhi syarat kesehatan. Traksi dan belat dikembangkan selama Perang Dunia I. Penggunaan batang intramedulla untuk merawat patah tulang femur dan tibia dirintis oleh dr. Kuntschner dari Jerman, yang membuat perbedaan nyata pada kecepatan penyembuhan prajurit Jerman yang terluka selama Perang Dunia II dan menyebabkan adopsi fiksasi intramedulla fraktur di belahan dunia lainnya. Bagaimanapun, traksi adalah metode standar untuk merawat fraktur tulang paha hingga akhir tahun 1970-an saat Harborview Medical Center di Seattle mempopulerkan fiksasi intramedulla tanpa membuka patahan tulang. Fiksasi luar fraktur diperhalus oleh para dokter Amerika selama Perang Vietnam namun sumbangan utama dibuat oleh Gavril Abramovich Ilizarov di Uni Soviet. Ia dikirim, tanpa banyak pendidikan ortopedi, untuk merawat prajurit Soviet yang terluka di Siberia pada tahun 1950-an. Tanpa peralatan apapun ia berhadapan dengan keadaan lumpuh atas fraktur yang tak dirawat, terinfeksi, dan terdislokasi. Dengan bantuan toko sepeda setempat, ia merancang fiksator cincin yang dieratkan seperti jeruji sepeda. Dengan peralatan ini, ia dapat menyembuhkan, mereposisi, dan memperpanjang pada tingkat yang tak didengar di manapun. Peralatan Ilizarovnya masih digunakan sekarang sebagai salah satu metode osteogenesis distraksi. David L. MacIntosh merintis pembedahan pertama yang berhasil untuk penanganan ligamentum cruciatum anterius yang robek di lutut. Cedera umum dan serius ini menyebabkan para pemain ski, atlet lapangan, dan penari selalu tak bisa melanjutkan pekerjaannya karena ketidakstabilan sendi permanen. Bekerja dengan para pemain sepak bola, dr. MacIntosh merancang cara untuk membetulkan kembali ligamentum dari struktur yang berekatan untuk mempertahankan mekanika sendi lutut yang kuat dan kompleks dan memperbaiki stabilitas. Perkembangan bedah rekonstruksi LCA telah memungkinkan sejumlah atlet untuk bisa melanjutkan kembali kariernya di berbagai tingkat. Penelitian bedah ortopedi dan muskuloskeletal modern telah menemukan cara untuk membuat pembedahan kurang invasif dan membuat komponen yang ditanam lebih baik dan tahan lama. ArtroskopiPenggunaan peralatan artroskopi terutama sekali untuk pasien cedera. Artroskopi dirintis di awal 1950-an oleh dr. Masaki Watanabe dari Jepang untuk melakukan bedah dan rekonstruksi kartilago invasif minimal dari ligamentum yang robek. Artroskopi membantu pasien sembuh dari pembedahan dalam hitungan hari, daripada minggu ataupun bulan dalam bedah biasa dan 'terbuka'. Artroskopi lutut adalah salah satu operasi yang paling umum dilakukan oleh dokter bedah ortopedi sekarang dan sering digabungkan dengan menisektomi atau kondroplasti—yang merupakan pemindahan dari tulang rawan yang robek. Penggantian sendiPenggantian sendi tersedia untuk sendi lain pada dasar yang terbatas, yang paling utama bahu, siku, pergelangan tangan dan kaki serta jari. Pada tahun-tahun terkini, penggantian permukaan sendi, khususnya sendi panggul, sudah menjadi lebih terkenal di antara pasien yang lebih muda dan aktif. Jenis operasi ini menunda perlunya penggantian panggul total yang lebih kuno dan kurang mempertahankan tulang, namun membawa risiko signifikan pada gagal awal akibat fraktur dan kematian. Salah satu masalah utama dalam penggantian sendi adalah pemakaian permukaan komponen yang timbul, yang dapat menimbulkan kerusakan tulang di sekitarnya dan akhirnya menyebabkan gagal implan. Penggunaan permukaan timbul alternatif telah bertambah pada tahun-tahun terkini, khususnya pada pasien yang lebih muda, untuk mencoba mengembangkan sifat pemakaian komponen penggantian sendi, yang termasuk keramik dan semua implan logam (berlawanan dengan logam pada plastik yang asli). Plastik itu (sebenarnya polietilena berbobot molekul yang ultratinggi) juga bisa diubah dalam berbagai cara yang dapat memperbaiki sifat pemakaian. Ortopedi anakPerawatan anak-anak dengan masalah muskuloskeletal masih menjadi bagian tak terpisahkan dari bedah ortopedi modern. Banyak fraktur dan cedera yang terjadi pada anak akibat tingkat aktivitasnya yang tinggi dan rangka yang unik yang belum sempurna. Perawatan fraktur pada anak berbeda daripada orang dewasa karena growth plate yang aktif di tulang mereka. Kerusakan pada growth plate dapat menimbulkan masalah signifikan dengan pertumbuhan tulang yang terlambat, dan fraktur risiko harus dimonitor dengan perawatan. Perawatan skoliosis adalah aliran utama dalam ortopedi anak. Atas alasan yang kurang dimengerti, pertumbuhan lengkung tulang punggung pada beberapa anak, yang jika dibiarkan tak terawat dapat menimbulkan cacat yang tak diharapkan dan dapat terus menyebabkan nyeri kronis yang akut dan masalah pernapasan. Perawatan skoliosis cukup rumit dan sering melibatkan gabungan penjepitan dan pembedahan. Anak-anak memiliki keadaan muskuloskeletal unik lain yang menjadi fokus ortopedi sejak masa Hippocrates, termasuk keadaan seperti kaki pekuk dan dislokasi pinggul kongenital (juga dikenal sebagai displasia pertumbuhan pinggul). Di samping itu, infeksi pada tulang dan sendi (osteomielitis) pada anak juga umum. Di Amerika Serikat, rumah sakit khusus seperti Shriners Hospitals for Children telah menyediakan bagian substansial perawatan anak dengan cacat dan penyakit muskuloskeletal. TerminologiNicholas Andry meluncurkan kata "orthopaedics", diturunkan dari kata Yunani untuk "betul" atau "lurus" ("orthos") dan "anak" ("paidion"), pada tahun 1741, saat pada usia 81 ia menerbitkan Orthopaedia: or the Art of Correcting and Preventing Deformities in Children. Ejaan yang digunakan di Indonesia beragam, ada ortopedi, orthopaedi, orthopedi, dll. RujukanGarrett, WE, et al. American Board of Orthopaedic Surgery Practice of the Orthopaedic Surgeon: Part-II, Certification Examination. The Journal of Bone and Joint Surgery (American). 2006;88:660-667. Lihat pula
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Orthopedic corset.
|