Perhatian: untuk penilai, halaman pembicaraan artikel ini telah diisi sehingga penilaian akan berkonflik dengan isi sebelumnya. Harap salin kode dibawah ini sebelum menilai.
Bahasa Tokharia adalah salah satu cabang rumpun bahasaIndo-Eropa yang kurang jelas sejarahnya. Bahasa ini terbagi menjadi dua dialek yaitu bahasa -- Tokharia A (Bahasa Turfania atau Tokharia Timur) dan Bahasa Tokharia B (Bahasa Kuchea atau Tokharia Barat), keduanya sudah lama punah. Bahasa Tokharia terlihat banyak kemiripan dengan bahasa-bahasa Jermanik dan Keltik, daripada bahasa Indo-Eropa lainnya.
Kedua bahasa ini pernah dipertuturkan di dataran rendah Tarim di Asia Tengah, sekarang bagian dari provinsiXinjiangRepublik Rakyat Tiongkok. Para penutur bahasa ini diidentifikasikan sebagai orang 'Tokharoi' yang disebut dalam sumber-sumber Yunani. Nama bahasa "Tokharia" sendiri sebenarnya spekulatif. Sumber-sumber Tiongkok sendiri menyebut mereka sebagai kaum 'nomadenbarbar'.
Bahasa Tokharia terdokumentasikan dalam beberapa fragmen naskah-naskah manuskrip yang sebagian besar berasal dari abad ke-7 dan ke 8Masehi (meskipun ada beberapa yang lebih tua). Naskah-naskah ini ditulis di atas daun-daun lontar, lempengan-lempengan kayu dan kertas-kertas China. Semuanya bisa tersimpan dengan baik karena iklim dataran rendah Tarim yang sangatlah kering. Bahasa ini sudah cukup tua ketika ditemukan, karena sudah ada dua dialek yang berbeda yang bisa terbaca dalam naskah-naskah ini.
Keberadaan bahasa Tokharia ini tidaklah pernah terduga oleh para pakar bahasa, sampai ditemukannya fragmen-fragmen naskah kuno ini. Naskah-naskah ini ketika ditemukan, belum diketahui aksaranya. Ternyata aksara yang dipakai termasuk keluarga aksara Brahmi dari India. Bahkan isinya pun sebagian besar merupakan terjemahan teks-teks agama Buddha dalam bahasa Sanskerta. Sebagian daripada naskah-naskah ini malahan berbentuk dwibahasa sehingga bisa dianggap semacam batu Rosetta, dan memudahkan penterjemahan naskah-naskah dalam bahasa tak dikenal ini.
Selain teks-teks Buddha, ada pula teks-teks agama Manichaeisme, korespondensibiara, teks-teks ekonomi, izin-izin kafilah, teks-teks kedokteran dan teks-teks ilmu nujum. Banyak orang Tokharia memeluk ajaran dualitas Manichaeisme dan agama Buddha.
Bahasa Tokharian telah membuat teori tentang penyebaran bangsa Indo-Eropa menjadi kabur, sebab mereka satu-satunya suku bangsa Indo-Eropa yang langsung menyebar ke arah timur dari tanah asal mereka yang diperkirakan di sebelah selatan Rusia atau Ukraina.
Bahasa Tokharia juga merupakan bahasa kekaisaran Kushan yang tidak berlangsung lama tetapi sangat berkuasa. Bahasa Tokharia kemungkinan punah di bawah kekuasaan Uighur, yang bermula setelah orang Arab menaklukan Tokharistan pada abad ke 9 Masehi. Teori ini didukung fakta ditemukannya terjemahan teks-teks dari bahasa Tokharia ke bahasa Uighur. Setelah itu orang-orang Tokharia mulai berbaur dengan orang Uighur dan merupakan cikal-bakal penduduk Xinjiang dewasa ini.
Contoh-contoh bahasa Tokharia ditemukan di situs-situs arkeologi di Kucha dan Karasahr.
Nama
Kolofon pada manuskrip Buddha dalam bahasa Turk Kuno dari tahun 800 M menyatakan bahwa naskah itu diterjemahkan dari bahasa Sanskerta melalui bahasa twγry. Pada tahun 1907, Emil Sieg dan Friedrich W. K. Müller menduga bahwa ini merujuk pada bahasa yang baru ditemukan di daerah Turpan.[8]
Sieg dan Müller, membaca nama ini sebagai toxrï, menghubungkannya dengan etnonim Tókharoi (bahasa Yunani Kuno: Τόχαροι, Ptolemaeus VI, 11, 6, abad ke-2 M), yang diambil dari sebuah bahasa Indo-Iran (bandingkan dengan bahasa Persia Kuno: tuxāri-, bahasa Sakattahvāra, dan bahasa Sanskertatukhāra), dan mengusulkan nama "Tokharia" (German Tocharisch). Tócharoi dalam Ptolemaus sering dikaitkan oleh para cendekiawan modern yang merujuk ke Yuezhi dalam catatan sejarah Tiongkok, yang mendirikan Kekaisaran Kushan.[9][10] Sekarang jelas bahwa orang-orang ini sebenarnya menuturkan bahasa Baktria, sebuah bahasa Iran Timur yang telah punah, bukan bahasa Tarim yang tertulis dalam catatan sejarah itu, sehingga istilah "Tokharia" dianggap keliru.[11][12][13]
Namun demikian, istilah tersebut tetap menjadi istilah baku untuk bahasa manuskrip Cekungan Tarim.[14][15]
Pada tahun 1938, Walter Henning menemukan istilah "empattwγry" yang digunakan dalam manuskrip awal abad ke-9 di dalam bahasa Sogdi, Persia Pertengahan, dan Uighur. Dia berpendapat bahwa itu merujuk pada wilayah di tepi timur laut Tarim, termasuk Agni dan Karakhoja, namun bukan Kucha. Dengan demikian dia menyimpulkan bahwa kolofon merujuk pada bahasa Agnea.[16][17]
Meskipun istilah twγry atau toxrï sepertinya menjadi nama dalam bahasa Turk Kuno untuk menyebut bangsa Tokharia, tetapi tidak ditemukan dalam naskah-naskah berbahasa Tokharia.[14]
Penunjukan diri yang jelas ārśi muncul dalam naskah berbahasa Tokharia A. Naskah berbahasa Tokharia B menggunakan kata sifat kuśiññe, diserap dari kuśi atau kuči, sebuah nama yang juga dikenal dari catatan berbahasa Tionghoa dan Turk Kuno.[14] Sejarawan bernama Bernard Sergent menggabungkan nama-nama ini untuk menciptakan istilah alternatif Arśi-Kuči untuk rumpun bahasa Tokharia, baru-baru ini direvisi menjadi Agni-Kuči,[18] tetapi nama ini belum digunakan secara luas.
Contoh Kosakata
Contoh kosakata Tokharia dan bahasa Indo-Eropa lainnya
Bahasa Indonesia
Tokharia A
Tokharia B
Yunani Kuno
Latin
Inggris
Sanskerta
Proto-Indo-Eropa
satu dua tiga empat lima enam tujuh delapan sembilan sepuluh seratus bapak ibu saudara saudari kuda sapi suara
sas wu tre śtwar päñ şäk şpät okät ñu śäk känt pācar mācar pracar şar yuk ko vak
şe wi trai śtwer piś şkas şukt okt ñu śak kante pācer mācer procer şer yakwe keu vek
heis dyo treis tessares pente hex hepta okto ennea deka hekaton pater meter (phrater) (eor) hippos bous phone
ūnus duo trēs quattuor quīnque sex septem octō novem decem centum pater mater frāter soror equus bos vox
one two three four five six seven eight nine ten hundred father mother brother sister horse cow voice
eka dvi tri catur pañca ṣaṣ sapta aṣṭa nava daśa śata pitṛ mātṛ bhrātṛ svasṛ aśva go vāc
^Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Tokharia". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.Pemeliharaan CS1: Tampilkan editors (link)
^"The images of donors in Cave 17 are seen in two fragments with numbers MIK 8875 and MIK 8876. One of them with halo may be identified as king of Kucha." in Ghose, Rajeshwari (2008). Kizil on the Silk Road: Crossroads of Commerce & Meeting of Minds. Marg Publications. hlm. 127, note 22. ISBN978-81-85026-85-5. "The panel of Tocharian donors and Buddhist monks , which was at the MIK (MIK 8875) disappeared during World War II and was discovered by Yaldiz in 2002 in the Hermitage Museum" page 65,note 30
^Adams, Douglas Q. (2001). "Tocharian". Dalam Garry, Jane; Rubino, Carl R. Galvez; Bodomo, Adams B.; Faber, Alice; French, Robert. Facts about the World's Languages: An Encyclopedia of the World's Major Languages, Past and Present. H.W. Wilson. hlm. 748. ISBN978-0-8242-0970-4. Also arguing against equating the Tocharians with the Tocharoi is the fact that the actual language of the Tocharoi, when attested to in the second and third centuries of our era, is indubitably Iranian.
^Hansen (2012), hlm. 72 "In fact, we know that the Yuezhi used Bactrian, an Iranian language written in Greek characters, as an official language. For this reason, Tocharian is a misnomer; no extant evidence suggests that the residents of the Tocharistan region of Afghanistan spoke the Tocharian language recorded in the documents found in the Kucha region."
^Henning (1949), hlm. 161: "At the same time we can now finally dispose of the name 'Tokharian'. This misnomer has been supported by three reasons, all of them now discredited."