Alat penyaliban Yesus (dikenal dalam bahasa Latin dengan sebutan crux, dalam bahasa Yunani sebagai stauros) umum merujuk kepada tiang kayu yang dipasang pada transom, sehingga membentuk "bentuk salib" atau struktur berbentuk T. Kebanyakan denominasi Kristen menghadirkan salib Kristen dalam bentuk ini, dan tradisi salib berbentuk T telah ada sejak zaman Gereja Perdana dan bapa-bapa gereja. Selain itu, beberapa cendekiawan akhir abad ke-19 menyatakan bahwa istilah tersebut merujuk kepada sebuah pasak sederhana (crux simplex).
Keberadaan atau ketiadaan palang menyamping
"Stauros" juga ditafsirkan sebagai pasak
Dalam kajiannya tahun 1871 terhadap sejarah salib, pengkotbah EpiskopalHenry Dana Ward diterima sebagai satu-satunya bentuk alat eksekusi Yesus sebagai "sebuah pasak kayu, kuat, dan polos".[1]
"Stauros" ditafsirkan sebagai patibulum
Andreas J. Köstenberger (2004) menyatakan bahwa rekonstruksi akademik tradisional dari salib yang Simon dari Kirene sebutan sebagai "stauros" hanya meliputi palang menyamping, yang dalam bahasa Latin disebut patibulum.
Tempat kaki
Masalah yang adalah pemakaian hypopodium sebagai tempat berdiri untuk menunjang kaki, yang dipakai karena tangan tak dapat mendukung berat badan.[2] Pada abad ke-20, pakar patologi forensik Frederick Zugibe melakukan sejumlah eksperimen penyaliban dengan memakai tali untuk menggantung subyek-subyek manusia dalam berbagai sudut dan posisi tangan.[3][4]
Referensi
^Henry Dana Ward, The History of the Cross, The Book Tree publ., 1871/1999, p. 52.
^Encyclopedia of Biblical Literature, Part 2 by John Kitto 2003 ISBN0-7661-5980-9 p. 591
^The Chronological Life of Christ by Mark E. Moore 2007 ISBN0-89900-955-7 pp. 639-643
^Crucifixion and the Death Cry of Jesus Christ by Geoffrey L Phelan MD, 2009 ISBN pp. 106-111