Akademi Kepausan untuk Ilmu Pengetahuan (Bahasa Latin: Pontificia Academia Scientiarum) adalah suatu akademi ilmu pengetahuan Tahta Suci, didirikan pada tahun 1936 oleh Paus Pius XI. Akademi ini dibawah perlindungan Sri Paus yang sedang berkuasa. Tujuannya adalah untuk mengembangkan perkembangan ilmu-ilmu matematika, fisika dan ilmu bumi serta pembelajaran atas problema-problema Epistemologi. Akademi ini awalnya adalah Accademia Pontificia dei Nuovi Lincei ("Akademi Kepausan untuk Pencerahan Baru"), yang didirikan pada tahun 1847 bertujuan sebagai penerus Accademia dei Lincei ("Akademi Pencerahan") yang terawasi lebih dekat yang didirikan di Roma pada tahun 1603, oleh seorang pangeran Romawi yang cendekiawan, Federico Cesi (1585-1630), seorang botanis dan naturalis muda, yang menyatakan bahwa Galileo Galilei adalah presiden akademi tersebut. Accademia dei Lincei tetap hidup sebagai suatu institusi yang seluruhnya terpisah.
Semenjak Akademi dan keanggotaannya tidak terpengatuh oleh faktor-faktor seperti latar belakang negara, politik dan religius, akademi ini mewakili sumber yang berharga bagi informasi ilmu pengetahun yang objektif yang tersedia bagi Tahta Suci dan bagi komunitas ilmu pengetahuan internasional. Hari ini karya-karya akademi ini meliputi enam ruang lingkup utama:
ilmu pengetahuan dasar
ilmu pengetahuan dan teknologi dari pertanyaan dan masalah global
ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan masalah-masalah Dunia Ketiga
Disiplin-disiplin ilmu pengetahuan yang tercakup kemudian dibagi lagi ke dalam sembilan bidang: Disiplin Fisika dan disiplin yang berkaitan dengannya; Astronomi; kimia; ilmu bumi dan lingkungan hidup; ilmu pengetahuan kehidupan (botani, agronomi, zoologi, genetika, biologi molekular, biokimia, ilmu saraf, pembedahan); matematika; ilmu pengetahuan terapan' dan filosofi serta sejarah ilmu pengetahuan.
Tujuan dan Harapan Akademi
Tujuan dan harapan Akademi ini dinyatakan oleh Paus Pius XI dalam Motu proprio yang mengembalikan keberadaannya pada tahun 1936:
"Di antarabanyak penghiburan di mana kebaikan ilahi berkehendak untuk membuat tahun-tahun kepausan kita penuh kebahagiaan, saya gembira untuk pernah bisa melihat tidak sedikit orang yang mengabdikan dirinya pada pembelajaran ilmu pengetahuan menjadi dewasa dalam sikap dan pendekatan intelektualnya terhadap agama. Ilmu pengetahuan, dalam proses mental yang nyata, tidak pernah bertentangan dengan kebenaran iman Kristiani. Sebagaimana yang telah diketahui dengan baik oleh mereka yang mempelajari sejarah ilmu pengetahuan, haruslah diketahui bahwa di satu sisi Uskup Roma dan Gereja Katolik selalu melindungi penelitian para cendekiawan di dalam bidang eksperimen juga, dan di sisi lain bahwa penelitian tersebut telah membuka jalan bagi pembelaan terhadap isi kebenaran-kebenaran ilahi yang dipercayakan kepada Gereja ... Kami berjanji lagi bahwa adalah niat kami yang kami pegang teguh, bahwa para akademisi kepausan melalui hasil kerja mereka dan institusi kami, bekerja lebih banyak dan lebih efektif untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Kepada mereka kami tidak meminta hal lain apapun, semenjak niat yang patut dipuji ini dan karya dalam pelayanan yang mulia ini adalah demi kebenaran yang kita semua harapkan dari mereka." (Paus Pius XI)
Empat puluh tahun kemudian pada tanggal 10 November 1979, Paus Yohanes Paulus II sekali lagi menekankan peran dan tujuan Akademi, pada hari peringatan ke-100 kelahiran Albert Einstein:
"...keberadaan Akademi Kepausan untuk Ilmu Pengetahuan, di mana dalam sejarahnya Galileo pernah menjadi anggotanya dan di mana para ilmuwan terkemuka hari ini adalah anggotanya, tanpa bentuk diskriminasi etnis maupun agama apapun, adalah sebuah tanda yang jelas, yang diciptakan oleh orang-orang dari seluruh dunia, tentang keselarasan nyata yang dapat hidup berdampingan antara kebenaran ilmu pengetahuan dan kebenaran iman ... Gereja Romawi bersama-sama dengan semua gereja di seluruh dunia, menilai sangat pentingnya fungsi Akademi Kepausan untuk Ilmu Pengetahuan. Gelar 'Kepausan' yang diberikan pada Akademi ini bermakna, seperti yang telah diketahui, kepentingan dan komitmen Gereja, dalam bentuk yang berbeda dari perlindungan zaman dahulu, namun sifatnya tetap mendalam dan efektif ... Bagaimana mungkin Gereja tidak tertarik dalam pekerjaan manusiawi yang paling mulia --- yaitu mencari kebenaran?"
Anggota
Para anggota baru Akademi ini diangkat oleh suatu badan cendekiawan dan dipilih dari sekumpulan pria dan wanita dari tiap ras dan agama berdasarkan pada tingginya nilai keilmiahan aktivitas mereka dan tingginya profil moralitas mereka, Mereka kemudian secara resmi diangkat oleh Sri Paus. Akademi ini dipimpin oleh seorang presiden, diangkat dari antara para anggotanya oleh Sri Paus, yang dibantu oleh satu dewan cendekiawan dan seorang kanselir. Awalnya akademi ini terdiri atas 80 cendekiawan, 70 di antaranya diangkat untuk seumur hidup, namun pada tahun 1986 Paus Yohanes Paulus II menambah jumlah keanggotaan seumur hidup menjadi 80, berdampingan dengan beberapa Cendekiawan Kehormatan yang terbatas jumlahnya yang terpilih karena mereka adalah figur yang sangat berkualitas, dan beberapa individu lainnya yang juga merupakan cendekiawan atas dasar jabatan yang mereka pedang, termasuk di antaranya: Kanselir Akademi, Direktur Observatorium Vatikan, Prefek Perpustakaan Vatikan dan Prefek Arsip Rahasia Vatikan.
Presiden
Presiden akademi ini dipilih dari para anggotanya oleh Sri Paus. Presidennya saat ini adalah Pemenang Penghargaan Nobel Werner Arber,[1] menjadikannya orang Protestan pertama yang memegang jabatan tersebut.